Senin, 09 Mei 2011

Untuk Diam dan Tidak Diam

Ada berjuta rasa keinginan di dalam hati yang belum terungkap. Terkendala oleh berbagai macam situasi dan kondisi. Dan kemudian pun memilih untuk diam. Kenapa terdiam dan diam? Diam bisa menjadi emas namun diam seringkali menjerumuskan. Apa memang diam adalah yang terbaik? Tidak diam bisa menghasilkan emas namun tidak diam seringkali menghancurkan. Apakah tidak diam pun bisa menjadikan yang terbaik?! 



Diam memang adalah pilihan yang paling aman untuk dilakukan. Apalagi waktu masih kecil. Meskipun tidak salah atau berbuat kesalahan. Dibilang salah pun diam. Benar tidak benar, ya, diam saja. Daripada nanti dibilang kurang ajar?! Salah juga nantinya. Baru, deh, kalau sudah mulai remaja keberanian itu muncul. Segala rasa yang terpendam pun meledak!!! Tidak peduli!!! Tendang terus!!!

Berlanjut kemudian pada masa-masa di mana kebutuhan menjadi prioritas. Daripada nggak makan?! Daripada mendapatkan nilai buruk?! Daripada nggak naik jabatan?! Daripada dijadikan yang berbeda?! Daripada daripada dan daripada terus sampai kemudian menjadi diam lagi. Diperkosa pun diam!!!

Bisa dibilang saya pun demikian. Saya selalu memilih diam daripada harus memperjuangkan apa yang sebenarnya. Keburu capek dan malas. Lebih baik diam sajalah. Sampai kemudian saya menyadari, terkadang justru karena diam itulah masalah menjadi tidak pernah selesai. Terus berlanjut dan terus berlanjut. Semakin hari malah semakin buruk. Semakin tidak tahu lagi bagaimana harus membenahinya. Saya pun memilih berdasarkan waktu. Ada waktunya diam ada waktunya tidak boleh diam sama sekali.

Diam bila memang belum matang dan belum pasti serta jelas. Tidak diam bila semuanya sudah kelihatan dan sangat terbuka. Diam untuk mencari jalan dan solusi. Tidak diam untuk menyelesaikan masalah. Pahit dan manis atas diam dan tidak diam bukanlah yang dipermasalahkan. Perjuangan untuk meraih mimpi itulah yang menjadi pikiran utama.
Saya tidak bilang bahwa apa yang saya pilih ini adalah selalu benar. Saya juga bisa salah. Semua pasti memiliki alasan tersendiri untuk memilih apa yang dipilihnya. Namun yang harus dipertanyakan dan dijawab oleh diri sendiri adalah apakah memang itu pilihan yang juga paling sesuai dengan apa yang ada di dalam hati?! Apakah pilihan itu memang sebuah kejujuran?! Sudah sesuaikah dengan apa yang diinginkan?!

Rasa takut atas apa yang akan dipilih sangatlah wajar bila terjadi. Semua pilihan selalu ada resikonya. Tidak ada satu pun pilihan yang tidak mengandung resiko. Keberanian menghadapi dan menerima segala resiko merupakan pertimbangan penting. Namun jangan pernah juga melupakan rasa tanggung jawab atas apa yang pernah dilakukan sebelumnya dan yang akan dilakukan kini dan juga nanti. Sudah siapkah?!

Menyesal menjadi tiada guna tiada berarti. Melakukan apa yang bisa dilakukan dengan segala daya dan upaya bisa saja memberikan rasa sesal di kemudian hari. Melakukan segala daya dan upaya dengan menjadi diam dan membohongi diri bisa menjadi penyesalan. Melakukan segala daya dan upaya untuk bisa menjadi tidak diam namun juga tidak jujur dan tidak tulus tetap akan menghasilkan sesal. Memperjuangkan apa yang benar dan apa yang seharusnya biarpun tidak mengasilkan apapun yang berarti bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat. Tidak harus selalu untuk yang lain, diri sendiri saja sudah lebih dari kata cukup.

Tulisan ini adalah merupakan curahan hati saja. Sebuah kesedihan dan kepedihan atas apa yang terjadi saat ini dan atas mereka yang memilih untuk diam. Sebuah kegelisahan dan juga marah atas apa yang terjadi sekarang ini dan atas mereka yang memilih untuk tidak diam. Diam karena tidak ada pilihan?! Tidak diam namun tidak melakukan yang benar juga. Diam karena tidak mau?! Tidak diam hanya untuk menjadi seperti bintang.

Diam ataupun tidak diam adalah pilihan. Silahkan memilih mana yang terbaik. Situasi dan kondisi bukanlah kendala bila memang itu sebuah keinginan yang kuat atas apa yang baik dan benar dan merupakan sebuah kejujuran. Dengarkan suara hati. Itu yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar